Materi Tekspram
Pionering
|
Bidang Tali Temali
Dalam tali
temali kita sering mencampuradukkan antara tali, simpul dan ikatan. Hal ini
sebenarnya berbeda sama sekali. Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan
antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda
lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya.
Macam simpul
dan kegunaannya
1.
Simpul ujung tali
Gunanya agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas
2.
Simpul mati
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin
3.
Simpul anyam
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam
keadaan kering
4.
Simpul anyam berganda
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam
keadaan basah
5.
Simpul erat
Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan
6.
Simpul kembar
Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan
licin
7.
Simpul kursi
Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan
8.
Simpul penarik
Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar
9.
Simpul laso
Untuk gambar macam-macam simpul dapat dilihat di bawah ini
Macam Ikatan
dan Kegunaannya
1. Ikatan pangkal
Gunanya untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang, akan tetapi ikatan
pangkal ini dapat juga
digunakan
untuk memulai suatu ikatan.
2. Ikatan tiang
Gunanya untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak
leluasa misalnya
untuk
mengikat leher binatang supaya tidak tercekik.
3. Ikatan jangkar
Gunanya untuk mengikat jangkar atau benda lainnya yang berbentuk ring.
4. Ikatan tambat
Gunanya untuk menambatkan tali pada sesuatu tiang/kayu dengan erat, akan
tetapi mudah untuk melepaskannya kembali. Ikatan tambat ini juga
dipergunakan untuk menyeret balik dan bahkan ada juga dipergunakan
untuk memulai suatu ikatan.
5. Ikatan tarik
Gunanya untuk menambatkan tali pengikat binatang pada suatu tiang,
kemudian mudah untuk
membukanya
kembali. Dapat juga untuk turun ke jurang atau pohon.
6. Ikatan turki
Gunanya untuk mengikat sapu lidi setangan leher
7. Ikatan palang
8. Ikatan canggah
9. Ikatan silang
10. Ikatan khaki tiga
Untuk gambar
macam-macam ikatan dapat dilihat di bawah ini.
1.
U M U M
Pada hakikatnya Pola Pembinaan disusun berdasarkan
penghayatan sejarah perkembangan kepanduan / kepramukaan di Indonesia. Dengan
perkataan lain kondisi nasional Gerakan Pramuka dapat ditinjau dari segi
sejarah perkembangannya yang merupakan riwayat dasar kepanduan/kepramukaan di
Indonesia.
a.
Perkembangan pendidikan kepanduan/kepramukaan di Indonesia adalah sejalan dan
sesuai dengan sejarah perkembangan bangsa Indonesia, dan merupakan bagian
dari perjuangan/pembangunan bangsa Indonesia, serta ada kaitannya dengan :
1)
Perintisan kemerdekaan, tahun 1908 – 1928
2)
Konsolidasi kekuatan nasional, tahun 1928 -1945
3)
Perjuangan fisik dan pengisian kemerdekaan (pembangunan nasional) tahun 1945
sampai sekarang
b.
Sesuai dengan strategi Gerakan Pramuka, maka usaha pendidikan
kepanduan/kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan
nasional yang penting, serta merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa
Indonesia.
Karena itu, riwayat dasar
kepanduan/kepramukaan di Indonesia perlu dipelajari dan dihayati, agar :
1)
Diketahui proses pembentukan dan perkembangan Greakan Pramuka dan diketahui
pula peranan apa yang dilakukannya dalam perjuangan bangsa Indonesia.
2)
Diketahui dan diinsafi kedudukan gerakan Pramuka dalam hubungannya dengan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan ketahanan nasional.
3)
Dapat dipahami kebijaksanaan dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di
Indonesia.
c.
Kepanduan di Indonesia yang sekarang menjadi Gerakan Pramuka berkembang sejak
tahun 1912.
Sampai berakhirnya zaman
penjajahan Belanda di Indonesia terdapat dua kelompok organisasi kepanduan,
yaitu :
1)
Organisasi-organisasi dalam kelompok yang berorientasi pada kepentingan
pemerintahan kolonial Belanda
2)
Orgnisasi-organisasi dalam kelompok yang berorientasikan pada kepentingan
perjuangan Bangsa Indonesia.
d.
Pada waktu itu kepanduan nasional di Indonesia sudah merupakan suatu wadah
pembinaan suatu wadah pembinaan generasi muda, untuk menyiapkan tenaga-tenaga
kader bangsa dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan.
Hampir semua perkumpulan kepanduan
di Indonesia pada waktu itu adalah sebagai cabang organisasi politik atau
kemasyarakatan. Gerakan kepanduan nasional tidak dapat dipisahkan dengan
perkembangan keadaan masyarakat Indonesia sendiri.
e.
Kepanduan nasional pada waktu itu sudah dipandang sebagai tempat pendidik
anak-anak dan pemuda Indonesia untuk dengan caranya sendiri (cara kepanduan)
dapat mempertinggi budi pekerti, serta menambah kepandaian dan ketrampilan
yang sangat berguna bagi pelaksanaan cita-cita bangsa Indonesia. Di dalam hal
inilah letak perbedaan prinsip antara kepanduan nasional dan kepanduan bangsa
Eropa di Indonesia.
f.
Gerakan Pramuka/Kepanduan nasional di Indonesia dari mulai berdiri dan
berkembang, dijadikan alat perjuangan pembangunan Bangsa Indonesia dari
generasi ke generasi, dan sasaran utamanya adalah investasi mental,
kepandaian dan ketrampilan generasi muda yang diatur sejak umur 7 tahun (usia
Pramuka Siaga)
g.
Istilah pandu dan kepanduan “digunakan oleh KH Agus Salim untuk menggantikan
istilah asing padvinders dan padvinderij”
2.
GERAKAN KEPANDUAN DIJAMAN PENJAJAHAN BELANDA/JEPANG
a.
Tahun 1912-1922 (fase perintisan kemerdekaan)
1)
Dijaman penjajahan Belanda pada tahun 1912 didirikan cabang N.P.O.
(Nederlance Padvinders Organisatie) oleh PJ. Smith atas anjuran perkumpulannya
di negeri Belanda.
Dalam waktu singkat berdirilah
beberapa organisasi “padvinders” bangsa Belanda di Indonesia, yang akhirnya
pada tahun 1914 dipersatukan dalam NIPV (Nederlands Indische Padvinders
Viriniging).
2)
Gagasan Baden Powel dalam bukku “Scouting for Boys” sangat menarik perhatian
para pemimpin didalam pergerakan Nasional dan dibentuklah
organisasi-organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk manusia Indonesia
yang baik, sebagai putera/puteri Indonesia seperti yang menjadi kader pergerakan
Nasional.
3)
Pada tahun 1916 didirikan “JPO” (Javaanse Padvinders Organisasi) atas
inisiatif S.P. Mangkunegara VII di Solo, sebagai Kepanduan Nasional Indonesia
yang pertama diorganisasikan secara teratur.
4)
Sampai tahun 1922 Gerakan Kepanduan Indonesia berkembang sangat subur sebagai
“onderbouw” organisasi politik atau kemasyarakatan, antara lain :
a)
Budi Utomo mendirikan Nationale Padvinderij
b)
Muhammadiyah mendirikan Hizbul Wathan
c)
Juga Sarekat Rakyat sebagai cabang PKI mempunyai kepanduan sendiri.
b.
Tahun 1922-1928 (lanjutan perintisan kemerdekaan)
1)
Mulai tahun 1922, sejak para pelajar Indonesia yang menggabung dalam
perkumpulan pelajar menaruh perhatiannya kepada kepanduan, maka bertambahlah
jumlah perkumpulan kepanduan Indonesia a.l. :
a)
Jong Java Padvinderij (J.J.P. tahun 1928 diganti nama Pandu Kebangsaan)
b)
Nationale Padvinders Organisatie (NPO)
c)
Jong Indonesich Padvinders Organisatie (J.I.P.O.)
d)
National Islamietische Padvinderij (NATIPIJ)
e)
Indonesich Nationale Padvinders Organisasi (INPO – Gabungan dari NPO dan JIPO
tahun 1928)
f)
Pandu Pemuda Sumatera (PPS)
g)
Sarekat Islam Afdeling Padvinderij (S.I.A.P)
h)
Anzor (bagian dari Nahdatul Ulama)
2)
Jumlah perkumpulan kepanduan Indonesia berkembang sangat banyak tetapi ikatan
secara organisatoris antara satu sama lainnya tidak ada.
Kalau pada fase pertama dunia
kepanduan Indonesia mengalami perlombaan berdirinya kepanduan-kepanduan yang
beraneka warna corak dan sifatnya, maka kemudian timbullah hasrat untuk
bersatu.
3)
Pada tahun 1927 soal penggabungan perkumpulan-perkumpulan
c.
Tahun 1928-1945 (konsolidasi kekuatan Nasional)
1)
Sumpah Pemuda yang dicetuskan oleh konggres pemuda tanggal 28 Oktober 1928,benar-benar
menjiwai gerakan kepanduan nasional Indonesia untuk bergerak lebih maju dalam
rangka konsolidasi kekuatan nasional. Dengan meningkatnya kesadaran
kebangsaan Indonesia, maka timbullah tekad persatuan antara
organisasi-organisasi kepanduan nasional Indonesia.
2)
Atas kebijaksanaan dan perjuangan para penganjurnya, maka sebagai langkah
pertama pada tahun 1929 didirikan semacam badan federasi “Persaudaraan
(persatuan) antara Pandu-Pandu Indonesia disingkat PAPI”.
Yang masuk menjadi anggota ialah :
JJP, INPO, NATIPIJ, PPS dan SIAP, sedangkan HW belum memberikan kepastiannya.
Sebagai pengurus pertama dipilih
Mr. Sunarjo (INPO), Dr. Moewardi (JJP), dan Ramelan (SIAP)
Badan ini bermaksud :
a)
Mempererat persaudaraan antara anggota PAPI
b)
Memudahkan kerjasama untuk mempertinggi nilai latihan kepanduan masing-masing
Pusat pimpinan PAPI berada di
Jakarta, sedangkan di daerah-daerah, di mana terdapat lebih dari satu
kepanduan anggota PAPI, dibentuk semacam PAPI daerah.
3)
Kepanduan Bangsa Indonesia berdiri
Dengan terbentuknya PAPI, maka
tercapailah fase pertama untuk menuju ke arah persatuan.
Sementara itu rencana “Panitia
fusi perkumpulan pemuda” telah disetujui oleh Jong Java dan Pemuda Indonesia,
dua perkumpulan yang terbesar di kalangan pemuda (Oktober 1928). Panitia
tersebut merencanakan untuk mendirikan perkumpulan baru dengan nama
“Indonesia Muda” yang tidak mengadakan bagian kepanduan. Putusan tersebut
mempercepat proses penggabungan pandu kabangsaan menjadi satu kepanduan, yang
lepas dari ikatan organisasi lain.
Azas kebangsaan menjadi pokok
dasar kepanduan itu dengan tidak melupakan sifat peraturan yang berlaku di
kalangan kepanduan internasional, antara lain sifat universal dengan
prinsip-prinsip dasar metodik kepanduan/kepramukaan.
Pada tanggal 13 September 1930
diresmikan berdirinya kepanduan baru ini dengan nama “Kepanduan Bangsa
Indonesia” disingkat KBI. Untuk memperlihatkan corak haluannya, para KBI
memakai setangan leher “merah-putih” dan berpanji serupa itu juga.
4)
Rintangan-rintangan yang dialami
Gerakan Kepanduan Indonesia,
seperti juga gerakan lainnya dari Bangsa Indonesia, dicurigai dan dihalangi
oleh : Pemerintah Kolonial Belanda.
Larangan-larangan yang berupa
perintah halus, maupun terang-terangan dikenakan kepada “Kepanduan Nasional”.
Pemimpinnya ada yang ditangkap,
dan pandu-pandu ditakut-takuti, banyak sekali rintangan-rintangan yang
dialami pada jaman penjajahan tetapi justru itulah maka gerakan nasional
tetap terpelihara hidupnya, sambil mencari jalan sendiri kearah cita-cita
bangsa Indonesia.
5)
Perwujudan cita-cita persatuan
Berkat keteguhan dari para
pemimpin, maka segala usaha untuk mematikan atau membelokkan arah tujuan
kepanduan Indonesia tidak berhasil.
Sebaliknya perhatian masyarakat
Indonesia makin tertarik pada cara pendidikan kepanduan, ternyata dari
tumbuhnya organisasi-organisasi kepanduan nasional dari berbagai kalangan,
seperti tersebut dimuka.
Untuk melanjutkan cita-cita
persatuan yang telah dirintis oleh PAPI, maka pada tanggal 30 April 1938 oleh
KBI, SIAP, NITIPIJ dan HW diadakan komperensi bersama, yang berhasil
membentuk “Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia” (BPPKI). Sebagai
langkah pertama untuk melaksanakan tujuannya, maka BPPKI akan
menyelenggarakan perkemahan umum secara besar-besaran.
Pada tanggal 11 Februari 1941
dalam komperensi di Solo, BPPKI antara lain menetapkan untuk mengadakan
perkemahan besar yang dinamakan “Perkemahan Kepanduan Indonesia Umum”
disingkat PERKINDO (U dalam ejaan OE) di Yogyakarta dalam bulan Juli 1941.
6)
Kepanduan Indonesia dalam masa kependudukan Jepang
Pada permulaan bulan Maret 1942
bala tentara Jepang dengan cepat dapat menaklukan Hindia Belanda dan
menguasai seluruh daerahnya. Empat bulan kemudian oleh Pemerintah Bala
Tentara Jepang dikeluarkan larangan berdirinya segenap partai dan organisasi
rakyat Indonesia. Walaupun demikian diusahakan sekuat tenaga untuk mendirikan
kembali organisasi kepanduan.
Pada tanggal 6 Februari 1943
Pandu-pandu dari macam-macam perkumpulan yang telah dibubarkan berhasil mengadakan
PERKINDO II di Jakarta, untuk betapa besarnya guna kepanduan bagi masyarakat.
Tetapi ternyata pemerintah militer Jepang sudah mempunyai maksud tertentu,
Gerakan Kepanduan Indonesia tidak boleh dilangsungkan, dan sebagai gantinya
anak-anak dan pemuda Indonesia dimasukkan dalam gerakan “Keibodan dan
Seinendan”.
3.
KEPANDUAN DI INDONESIA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN
a.
Tahun 1945-1950 (masa perjuangan fisik)
1)
Tidak lama setelah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, berkobarlah api revolusi di seluruh
Tanah Air Indonesia.
Seluruh rakyat, tua dan muda
bergerak serentak dan menghancurkan segala rintangan yang menghalangi atau
menghambat kemerdekaan. Pada saat-saat itu pula pandu-pandu Indonesia, puteri
dan putera yang telah tersebar dikalangan masyarakat, ikut serta berjuang
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia. Didalam keadaan
revolusi inilah dikalangan pemimpin timbul cita-cita untuk menghidupkan kembali
organisasi kepanduan Indonesia.
Tetapi bentuk dan sifatnya harus
berlainan dengan kepanduan pada jaman penjajahan dahulu, sesuai dengan
kehendak masa dan tidak lagi terpecah belah.
Pandu-pandu Indonesia harus
bersatu dalam tekad dan langkahnya untuk memenuhi panggilan Ibu Pertiwi.
2)
Pada tanggal 28 Desember 1945 oleh kongres Kepanduan di Indonesia yang
diselenggarakan di Solo, telah diambil keputusan dengan cara bulat untuk
menjelmakan suatu organisasi Kepanduan Indonesia baru, yang sifat dan ujudnya
Kesatuan” dengan nama “Pandu Rakyat Iandonesia”. Dalam upacara pelantikan
yang dipimpin oleh Dr. Moewardi almarhum keluarlah “Janji Ikatan Sakti” yang
berbunyi :
a)
Melebur segenap perkumpulan kepanduan Indonesia dan dijadikan satu organisasi
kepanduan : Pandu Rakyat Indonesia.
b)
Tidak akan menghidupkan lagi kepanduanlama.
c)
Tangagl 28 Desember diakuisebagai hari Pandu bagi seluruh Indonesia
d)
Mengganti setangan leher yang beraneka warnanya dengan warna “hitam”.
3)
Setelah berjalan setahun, maka akhir bulan Desember 1946 berlangsunglah
kongres Pandu Rakyat ke-1 di Surakarta.
Selama setahun tidak begitu banyak
soal yang dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia. Tindakan pucuk pimpinan
terutama ditujukan untuk memperkuat organisasi kedalam mengingat suasana
revolusi sedang menghebat di seluruh Tanah Air Indonesia.
4)
Tahun 1947 adalah tahun kelanjutan usaha Pengurus Besar dengan menghadapi
banyak kesukaran, karena Belanda mulai memperlihatkan keiinginannya akan
melenyapkan kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia.
Hal ini mencapai puncaknya setelah
Belanda terang-terangan menimbulkan perang kolonial mulai tanggal 21 Juli
1947.
5)
Tahun 1948 merupakan waktu yang tersulit bagi pucuk pimpinan organisasi.
Keadaan dalam negeri Indonesia
setelah kacau sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam segala lapangan.
Dengan adanya serbuan militer Belanda didaerah-daerah Republik Indonesia
sejak tanggal 21 Juli 1947, maka hubungan dengan cabang-cabang Pandu Rakyat
Indonesia di daerah-daerah yang diduduki Belanda terputus.
6)
Pada pertengahan bulan Januari 1950 dalam Kongres Pandu Rakyat Indonesia ke
II di Yoyakarta diputuskan bahwa Pandu Rakyat Indonesia berbentuk kesatuan
yang memperhatikan dan memberi kesempatan kepada golongan-golongan khusus
agama untuk menyelenggarakan kebutuhan masing-masing.
7)
Didalam meriwayatkan Gerakan Kepanduan Indonesia tidak boleh dilupakan adanya
golongan pandu puteri yang tidak pernah terlepas sama sekali dari ikatan
organisasi kepanduan Indonesia pada umumnya. Begitu pula dalam organisasi
Pandu Rakyat Indonesia, untuk mengurus segala soal Pandu Puteri pada tanggal
22 Agustus 1949 dibentuk Kwartir Besar Pandu Puteri darurat.
b.
Tahun 1960-1961 (masa pemerintahan liberal).
1)
Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember
1949, maka dalam masa pemerintahan liberal terbuka lagi kesempatan kepada
siapapun untuk membentuk organisasi-organisasi kepanduan.
Menjelang tahun 1961, gerakan
kepanduan Indonesia telah terpecah menjadi lebih dari 100 organisasi
kepanduan. Keadaan demikian dirasakan sangat melemahkan gerakan kepanduan
Indonesia, meskipun sebagian dari organisasi-organisasi itu terhimpun di
dalam tiga federasi, yaitu :
a.
IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia untuk Putera)
b.
PAPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia)
c.
P.K.P.I (Perserikatan Kepanduan Puteri Indonesia)
2)
Mengalami kelemahan itu, maka ketiga federasi kepanduan tersebut melebur
dirinya menjadi satu federasi menjadi nama :PERKINDO (Persatuan Kepanduan
Indonesia). Akan tetapi, hanya kira-kira 60 saja dari 100 lebih organisasi
kepanduan itu yang ikut terhimpun di dalam federasi PERKINDO. Lagi pula, di
dalam federasi itu sebagian dari 60 organisasi PERKINDO, terutama yang
menjadi “onderbouw” dari organisasi politik atau masyarakat, tetap
berhadap-hadapan berlawanan satu sama lain, sehingga tetap dirasakan
kelemahan gerakan kepanduan Indonesia.
3)
Oleh PERKINDO dibentuk suatu panitia untuk memikirkan suatu jalan keluar.
Panitia itu menyimpulkan bahwa selain lemah karenaa terpecah-pecah gerakan
kepanduan Indonesia itu lemah pula karena terpaku dalam cengkraman gaya
tradisional/konvensional dari kepanduan Inggris pembawaan dari luar.
Hal iini berakhir dan berakibat
bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh gerakan kepanduan Indonesia ketika
itu, belum disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan nasional Indonesia,
sehingga pada waktu itu kurang mendapat respon dari masyarakat Indonesia.
Kepanduan hanya bergerak di
kota-kota besar, dan disitupun hanya terdapat pada lingkungan
orang-orang yang sedikit banyaknya sudah berpendidikan Barat.
c.
Tahun 1961-1978 (setelah kembali ke Undang-Undang Dasar 1945)
1.
Pihak komunis mau mempergunakan kelemahan gerakan kepanduan Indonesia seperti
tersebut di atas, sebagai alasn untuk memaksa gerakan kepanduan Indonesia
menjadi gerakan pionir muda sebagaimana terdapat di negara-negara komunis.
2.
Akan tetapi kekuatan-kekuatan Pancasila di dalam PERKINDO menentangnya, dan
dengan bantuan Perdana Menteri Ir. H. Djuanda perjuangan mereka menghasilkan
KEPPRES RI. No. 238 tahun 1961 yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani
oleh Ir. Djuanda sebagai Pejabat Republik Indonesia.
3.
Dengan dikeluarkannya KEPPRES RI. No. 238 itu, maka PERKINDO berhasil untuk mempersatukan
gerakan kepanduan Indonesia seluruhnya, dengan nama : GERAKAN PENDIDIKAN
KEPANDUAN PRAJA MUDA KARANA (PRAMUKA). Semua organisasi kepanduan Indonesia,
kecuali yang diselenggarakan oleh pihak komunis, melebur diri ke dalam
Gerakan Pramuka.
Di dalam KEPPRES tersebut
ditetapkan bahwa di seluruh wilayah Republik Indonesia perkumpulan Gerakan
Pramuka adalah satu-satunya badan yang diperbolehkan menyelenggarakan
pendidikan kepanduan.
4.
Setelah terjadi pengkhianatan G.30.S/PKI pada tanggal 1 Oktober 1965, maka
dalam waktu yang relatif sangat singkat, terjadi suatu “Perubahan Sosial”
dengan timbulnya “Orde Baru” yang menuntut pemurnian Undang-Undang Dasar
1945. Demikian pula Gerakan Pramuka tidak ketinggalan untuk menyesuaikan diri
dan menyerasikan pelaksanaan tugas pokoknya dengan perkembangan masyarkat
Indonesia pada waktu itu.
5.
Pada tanggal 12 sampai dengan 20 Oktober 1970 telah diadakan Musyawarah
Majelis Permusyawaratan Pramuka I di Pandaan, Jawa Timur. Salah satu hasil
musyawarh tersebut adalah mengganti Anggaran Dasar Gerakan Pramuka
sebagaimana terlampir pada KEPPRES No. 238 tahun 1961 dengan Anggaran Dasar
baru yang lebih disesuaikan dna diserasikan dengan perkembangan masyarakat
Orde Baru.
Kemudian pada tanggal 22 Maret
1971 Anggaran Dasar baru tersebut telah disahkan dengan KEPPRES No. 12 tahun
1971.
6.
Ketentuan di dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka tentang
prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya
diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan
masyarakat Indonesia, membawa kemudian banyak perubahan. Prinsip-prinsip
dasar metodik pendidikan kepramukaan yang universal tetap dipegang, tetapi
cara pelaksanaannya dan pengarahannya diubah, yaitu dengan keadaan dan
kebutuhan nasional di tiap-tiap daerah di Indonesia.
7.
Gerakan Pramuka itu ternyata lebih kuat organisasinya, dan ternyata
memperoleh tanggapan positif dari masayrakat luas, sehingga dalam waktu
singkat organisasinya tealh berkembang dari kota-kota sampai di desa-desa.
Kemajuan pesat itu adalah juga
berkat adanya sistim “Majelis Pembimbing” yang dijalankan oleh Gerakan
Pramuka pada tiap tingkat, dari tingkat Nasional sampai tingkat Gugus Depan.
8.
Mengingat bahwa kira-kira 80% dari seluruh penduduk Indonesia tinggal di desa,
dan kira-kira 75% adalah keluarga-keluarga petani, maka KWARNAS Gerakan
Pramuka pada tahun organisasi yang pertama (tahun 1961) sudah menganjurkan
agar para Pramuka menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di bidang pembangunan
pertanian dan di bidang pembangunan masyarakat desa.
Maka kemudian pada tahun 1966
Menteri Pertanian dan Ketua KWARNAS Gerakan Pramuka mengeluarkan suatu
Insruksi Bersama yaitu pembentukan satuan-satuan Karya Pramuka Tarunabumi.
9.
Kegiatan Satuan Karya Tarunabumi ternyata membawa pembaharuan, bahkan membawa
semangat untuk mengusahakan penemuan-penemuan baru (inovation) pada
pemuda-pemuda desa, yang selanjutnya mempengatuhi seluruh masyarakat desa.
Perluasan Gerakan Pramuka sampai
di desa-desa, kegiatan-kegiatan di bidang pembangunan pertanian dan
pembangunan desa, serta pembentukan dan penyelenggaraan satuan-satuan karya
Pramuka Tarunabumi telah mengalami kemajuan pesat, sehingga menarik perhatian
badan-badan internasional seperti FAO, UNICEF, ILO, dan World Scout Bureau,
serta mendapat pujian dari masyarakat Indonesia sendiri.
10.
Dalam perkembangan masyarakat Indonesia dewasa ini dihadapi berbagai masalah
sosial, seperti kepadatan penduduk, urbanisasi, pengangguran dan sebagainya.
Berhubung dengan itu, maka pada
tahun 1970 Menteri TRANSKOP dan Ketua KWARNAS Gerakan Pramuka mengeluarkan
suatu Instruksi Bersama, tentang partisipasi Gerakan Pramuka dalam
penyelenggaraan Transmigrasi dan pembinaan Gerakan Koperasi.
Dan sehubungan dengan masalah “Scholl
Drops Out” (anak-anak putus sekolah), maka Gerakan Pramuka juga
mengarahkan perhatiannya kepada pendidikan kejuruan, untuk memberi bekal
hidup kepada anak-anak dan pemuda, terutama kepada “School Drops Out” itu
.
Di samping satuan-satuan Karya
Tarunabumi juga ada satuan-satuan Karya Pramuka Dirgantara, Pramuka Bahari,
dan Pramuka Bhayangkara, yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di bidangnya
masing-masing.
11.
Pada bulan Nopember 1974 telah diselenggarakan Musyawarah Nasional Gerakan
Pramuka di Manado, Sulut, yang menghasilkan Keputusan sebagai berikut :
a)
KEPMUNAS Gerakan Pramuka No. 01/MUNAS/74, tentang : Laporan dan
pertanggungjawaban KWARNAS Gerakan Pramuka masa bakti 1970-1974.
b)
KEPMUNAS Gerakan Pramuka No. 02/MUNAS/74 tentang : Pelimpahan wewenang kepada
KWARNAS Gerakan Pramuka untuk meninjau kembali ART Gerakan Pramuka.
c)
KEPUMUNAS Gerakan Pramuka No. 03/MUNAS/74 tentang : Pengelolaan Keuangan
KWARNAS dan pembentukan Panitia Verifikasi laporan keuangan KWARNAS Gerakan
Pramuka.
d)
KEPMUNAS Gerakan Pramuka No. 04/MUNAS/74 tentang : Pedoman Dasar Rencana
Kerja Gerakan Pramuka Tahun 1974-1978.
e)
KEPMUNAS Gerakan Pramuka No. 05/MUNAS/74 tentang : Penunjukan formatur
KWARNAS Gerakan Pramuka masa bakti 1974-1978.
12.
Masa bakti KWARNAS Gerakan Pramuka masa bakti 1974-1978 merupakan fase
konsolidasi organisasi Gerakan Pramuka dan peningkatan pendidikan dan
kegiatan kepramukaan antara lain dengan jalan menimbulkan “image” yang
baik terhadap anak didik sendiri, bahwa Gerakan Pramuka tidak saja akan
membawa dirinya ke masa depan yang cemerlang, tetapi juga menumbuhkan rasa
tanggungjawab dan dapat berbuat banyak bagi pembangunan bangsa dan negara,
serta dalam rangka peningkatan Ketahanan Nasional.
d.
Tahun 1978 dan selanjutnya
1.
Kalau masa bakti Kwarnas tahun 1974-1978 merupakan fase konsolidasi bagi
Gerakan Pramuka, maka setelah MUNAS 1978 yang diselenggarakan pada akhir
Oktober 1978 di Bukittinggi, Sumatera Barat, diharapkan beralih kepada fase
stabilisasi baik dalam pengelolaan organisasi dan administrasi Gerakan
Pramuka maupun dalam pengelolaan pendidikan dan kegiatan kepramukaan.
2.
Untuk minimal 2 kali masa bakti KWARNAS Gerakan Pramuka diharapkan adanya
peningkatan usaha ke dalam dengan mempersiapkan generasi muda melalui Gerakan
Pramuka, agar :
a)
Mempunyai tanggungjawab terhadap bangsa dan negara.
b)
Mempertebal kepercayaan kepada diri sendiri untuk berdikari dan
berwiraswasta.
c)
Ikut secara aktif dalam memberantas kebodohan dan kemelaratan.
3.
Juga diharapkan dapat membina kontinuitas pemupukan kepemimpinan sejak umur 7
tahun (usia pramuka siaga).
|
Sejarah Singkat Gerakan Pramuka
A. Pendahuluan
Kalau kita
mempelajari sejarah pendidikan kepramukaan kita tidak dapat lepas dari riwayat
hidup pendiri gerakan kepramukaan sedunia Lord Robert Baden Powell of Gilwell.
Hal ini
disebabkan pengalaman beliaulah yang mendasari pembinaan remaja di negara
Inggris. Pembinaan remaja inilah yang kemudian tumbuh berkembang menjadi
gerakan kepramukaan.
B. Riwayat
hidup Baden Powell
Lahir
tanggal 22 Pebruari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth. Ayahnya bernama
powell seorang Professor Geometry di Universitas Oxford, yang meninggal ketika
Stephenson masih kecil.
Pengalaman
Baden Powell yang berpengaruh pada kegiatan kepramukaan banyak sekali dan
menarik diantaranya :
a. Karena
ditinggal bapak sejak kecil, maka mendapatkan pembinaan watak ibunya.
b. Dari
kakaknya mendapat latihan keterampilan berlayar, berenang, berkemah, olah raga
dan lain-lainnya.
c. Sifat
Baden Powell yang sangat cerdas, gembira, lucu, suka main musik, bersandiwara,
berolah raga, mengarang dan menggambar sehingga disukai teman-temannya.
d.
Pengalaman di India sebagai pembantu Letnan pada Resimen 13 Kavaleri yang
berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta keberhasilan
melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.
e. Terkepung
bangsa Boer di kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari dan kekurangan
makan.
f.
Pengalaman mengalahkan Kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu
milik Raja Dinizulu.
Pengalaman
ini ditulis dalam buku “Aids To Scouting” yang merupakan petunjuk bagi Tentara
muda Inggris agar dapat melaksanakan tugas penyelidik dengan baik.
William
Smyth seorang pimpinan Boys Brigade di Inggris minta agar Baden Powell melatih
anggotanya sesuai dengan pengalaman beliau itu.
Kemudian
dipanggil 21 pemuda dari Boys Brigade di berbagai wilayah Inggris, diajak
berkemah dan berlatih di pulau Browns Sea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8
hari.
Tahun 1910
BP pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Pada tahun
1912 menikah dengan Ovale St. Clair Soames dan dianugerahi 3 orang anak. Beliau
mendapat titel Lord dari Raja George pada tahun 1929 Baden Powell meninggal
tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
C. Sejarah
Kepramukaan Sedunia
Awal tahun
1908 Baden Powell menulis pengalamannya untuk acara latihan kepramukaan yang
dirintisnya. Kumpulan tulisannya ini dibuat buku dengan judul “Scouting For
Boys”. Buku ini cepat tersebar di Inggris dan negara-negara lain yang kemudian
berdiri organisasi kepramukaan yang semula hanya untuk laki-laki dengan nama
Boys Scout.
Tahun 1912
atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes didirikan organisasi kepramukaan
untuk wanita dengan nama Girl Guides yang kemudian diteruskan oleh istri
beliau.
Tahun 1916
berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama CUB (anak serigala) dengan buku
The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya. Buku ini
bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh induk
serigala.
Tahun 1918
beliau membentuk Rover Scout bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Tahun
1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Success (Mengembara Menuju Bahagia).
Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya menuju ke
pantai bahagia.
Tahun 1920
diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall, London. Beliau
mengundang pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat
sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World).
Tahun 1924
Jambore II di Ermelunden, Copenhagen, Denmark
Tahun 1929
Jambore III di Arrow Park, Birkenhead, Inggris
Tahun 1933
Jambore IV di Godollo, Budapest, Hongaria
Tahun 1937
Jambore V di Vogelenzang, Blomendaal, Belanda
Tahun 1947
Jambore VI di Moisson, Perancis
Tahun 1951
Jambore VII di Salz Kamergut, Austria
Tahun 1955
Jambore VIII di sutton Park, Sutton Coldfild, Inggris
Tahun 1959
Jambore IX di Makiling, Philipina
Tahun 1963
Jambore X di Marathon, Yunani
Tahun 1967
Jambore XI di Idaho, Amerika Serikat
Tahun 1971
Jambore XII di Asagiri, Jepang
Tahun 1975
Jambore XIII di Lillehammer, Norwegia
Tahun 1979
Jambore XIV di Neishaboor, Iran tetapi dibatalkan
Tahun 1983
Jambore XV di Kananaskis, Alberta, Kanada
Tahun 1987
Jambore XVI di Cataract Scout Park, Australia
Tahun 1991
Jambore XVII di Korea Selatan
Tahun 1995
Jambore XVIII di Belanda
Tahun 1999
Jambore XIX di Chili, Amerika Selatan
Tahun 2003
Jambore XX di Thailand
Tahun 2007
Jambore XXI di Hylands Park Inggris
Tahun 2011
Jambore XXII di Rikaby, Swedia
Tahun 15
Jambore XXIII di kirarahama, Jepang
Tahun 1914
beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat terlaksana
tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F. de Bois Maclarren, beliau
mendapat sebidang tanah di Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat
pendidikan Pembina Pramuka dengan nama Gilwell Park.
Tahun 1920
dibentuk Deewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro Sekretariatnya di
London, Inggris dan tahun 1958 Biro Kepramukaan sedunia dipindahkan dari London
ke Ottawa Kanada. Tanggal 1 Mei 1968 Biro kepramukaan Sedunia dipindahkan lagi
ke Geneva, Swiss.
Sejak tahun
1920 sampai 19 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dipegang berturut-turut oleh
Hebert Martin (Inggris). Kolonel J.S. Nilson (Inggris), Mayjen D.C. Spry
(Kanada) yang pada tahun 1965 diganti oleh R.T. Lund 1 Mei 1968 diganti lagi
oleh DR. Laszio Nagy sebagai Sekjen.
Biro
Kepramukaan sedunia Putra mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Costa Rica, Mesir,
Philipina, Swiss dan Nigeria. Sedangkan Biro kepramukaan Sedunia Putri
bermarkas di London dengan 5 kantor kawasan di Eropa, Asia Pasifik, Arab,
Afrika dan Amerika Latin.
Sejarah Gerakan
Pramuka Indonesia
A. Pendahuluan
Pendidikan
Kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang
penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Untuk
itu perlu diketahui sejarah perkembangan Kepramukaan di Indonesia.
B. Sejarah
Singkat Gerakan Pramuka
Gagasan
Boden Powell yang cemerlang dan menarik itu akhirnya menyebar ke berbagai
negara termasuk Netherland atau Belanda dengan nama Padvinder. Oleh orang
Belanda gagasan itu dibawa ke Indonesia dan didirikan organisasi oleh orang
Belanda di Indonesia dengan nama NIPV (Nederland Indische Padvinders
Vereeniging = Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda).
Oleh
pemimpin-pemimpin gerakan nasional dibentuk organisasi kepanduan yang bertujuan
membentuk manusia Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan nasional.
Sehingga muncul bermacam-macam organisasi kepanduan antara lain JPO (Javaanse
Padvinders Organizatie) JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (Nationale
Islamitsche Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), HW (Hisbul
Wathon).
Dengan
adanya larangan pemerintah Hindia Belanda menggunakan istilah Padvindery maka
K.H. Agus Salim menggunakan nama Pandu atau Kepanduan.
Dengan
meningkatnya kesadaran nasional setelah Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930
organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda
Sumatra) bergabung menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian tahun
1931 terbentuklah PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) yang berubah menjadi
BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia) pada tahun 1938.
Pada waktu
pendudukan Jepang Kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh Pandu banyak
yang masuk Keibondan, Seinendan dan PETA.
Setelah
tokoh proklamasi kemerdekaan dibentuklah Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28
Desember 1945 di Sala sebagai satu-satunya organisasi kepanduan.
Sekitar
tahun 1961 kepanduan Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi kepanduan yang
terhimpun dalam 3 federasi organisasi yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia)
berdiri 13 September 1951, POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri Indonesia) tahun
1954 dan PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia)
Menyadari
kelemahan yang ada maka ketiga federasi melebur menjadi satu dengan nama
PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).
Karena masih
adanya rasa golongan yang tinggi membuat Perkindo masih lemah. Kelemahan
gerakan kepanduan Indonesia akan dipergunakan oleh pihak komunis agar menjadi
gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di negara komunis. Akan tetapi
kekuatan Pancasila dalam Perkindo menentangnya dan dengan bantuan perdana
Menteri Ir. Juanda maka perjuangan menghasilkan Keppres No. 238 tahun 1961
tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pjs Presiden
RI Ir Juanda karena Presiden Soekarno sedang berkunjung ke Jepang.
Di dalam
Keppres ini gerakan pramuka oleh pemerintah ditetapkan sebagai satu-satunya
badan di wilayah Indonesia yang diperkenankan menyelenggarakan pendidikan
kepramukaan, sehingga organisasi lain yang menyerupai dan sama sifatnya dengan
gerakan pramuka dilarang keberadaannya.
C. Perkembangan
Gerakan Pramuka
Ketentuan
dalam Anggaran Dasar gerakan pramuka tentang prinsip-prinsip dasar metodik
pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya seperti tersebut di atas ternyata
banyak membawa perubahan sehingga pramuka mampu mengembangkan kegiatannya.
Gerakan pramuka ternyata lebih kuat organisasinya dan cepat berkembang dari
kota ke desa.
Kemajuan
Gerakan Pramuka akibat dari sistem Majelis Pembimbing yang dijalankan di tiap
tingkat, dari tingkat Nasional sampai tingkat Gugus Depan. Mengingat kira-kira
80 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 75 % adalah petani maka tahun
1961 Kwarnas Gerakan Pramuka menganjurkan supaya para pramuka mengadakan
kegiatan di bidang pembangunan desa. Pelaksanaan anjuran ini terutama di Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat menarik perhatian Pimpinan
Masyarakat. Maka tahun 1966 Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional
mengeluarkan instruksi bersama pembentukan Satuan Karya Taruna Bumi. Kemudian
diikuti munculnya saka Bhayangkara, Dirgantara dan Bahari. Untuk menghadapi
problema sosial yang muncul maka pada tahun 1970 menteri Transmigrasi dan
Koperasi bersama dengan Ka Kwarnas mengeluarkan instruksi bersama tentang
partisipasi gerakan pramuka di dalam penyelenggaraan transmigrasi dan koperasi.
Kemudian perkembangan gerakan pramuka dilanjutkan dengan berbagai kerjasama
untuk peningkatan kegiatan dan pembangunan bangsa dengan berbagai instansi
terkait.
Ditulis oleh : Drs. Ringsung Suratno, M.Pd
Latar
Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka
Gerakan
Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya
Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada
sekitar tahun 1960.Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat
bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak.
Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kelahiran Gerakan Pramuka
Gerakan
Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu 1.
Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili
organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di
Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN
PRAMUKA
- Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.
- Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
- Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
Gerakan Pramuka Diperkenalkan
Pidato
Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan\
Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh
masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya
yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan
perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di
dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat
17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk
dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun demikian dalam
realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14
Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70
anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara
anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.Mapinas diketuai oleh Dr. Ir.
Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan
Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.Sementara itu dalam Kwarnas, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh
sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Gerakan Pramuka Indonesia
Gerakan
Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata
“Pramuka” merupakan singkatan dari praja muda karana, yang memiliki arti
rakyat muda yang suka berkarya.
“Pramuka”
merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga,
Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang
lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan, Pelatih, Pamong Saka, Staf Kwartir dan
Majelis Pembimbing.
Sedangkan
yang dimaksud “kepramukaan” adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah
dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip
Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan
watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan
kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan
masyarakat dan bangsa Indonesia.
Sifat
Lambang
Pramuka Indonesia yaitu tunas kelapa yang dijahitkan di kerah kiri baju pramuka
(untuk wanita). Lambang Pramuka Internasional yang dijahitkan di kerah kanan
baju pramuka (untuk wanita). Bagi pria, tunas kelapa berada di kantung sebelah
kiri, sedangkan Lambang Pramuka Internasional dijahitkan pada sebelah kanan
kemeja. Emblem lokasi wilayah Gerakan Pramuka (berdasarkan provinsi) dijahitkan
di lengan kanan baju Pramuka.
Berdasarkan
resolusi Konferensi Kepanduan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark, maka
kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu :
- Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
- Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
- Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja, yang dalam pelaksanaan pendidikannya selalu menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepanduan.
Fungsi
Dengan
landasan uraian di atas, maka kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut:
- Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda
Kegiatan
menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung
pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan aturan permainan,
jadi bukan kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja. Karena itu lebih tepat
kita sebut saja kegiatan menarik.
- Pengabdian bagi orang dewasa
Bagi orang
dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan
keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk
secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan
organisasi.
- Alat ( means ) bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan
merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat,
dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Jadi
kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan
pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan pendidikannya.
Tujuan
Gerakan
Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-Prinsip
Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan,
kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia dengan tujuan
agar;
- anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya.
- anggotanya menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan keterampilannya.
- anggotanya menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.
- anggotanya menjadi manusia yang menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi angota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara.
Tujuan
tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua kegiatan yang
dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus mengarah pada pencapaian
tujuan tersebut.
Tugas Pokok
Tugas pokok
Gerakan Pramuka adalah menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan
pemuda Indonesia, menuju ke tujuan Gerakan Pramuka, sehingga dapat membentuk
tenaga kader pembangunan yang berjiwa Pancasila dan sanggup serta mampu
menyelenggarakan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam melaksanakan
pendidikan kepramukaan tersebut Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan,
kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya.
Karena
kepramukaan bersifat nasional, maka gerak dan kegiatan Gerakan Pramuka
disesuaikan dengan kepentingan nasional. Kepentingan nasional bangsa Indonesia
ini tercantum dalam Garis Besar Haluan Negara, yang merupakan Ketetapan MPR.
Gerakan Pramuka dalam ikut membantu pelaksanaan GBHN tersebut selalu mengikuti
kebijakan Pemerintah dan segala peraturan perundang-undangannya.
Gerakan
Pramuka hidup dan bergerak di tengah masyarakat dan berusaha membentuk tenaga
kader pembangunan yang berguna bagi masyarakat. Karenanya Gerakan Pramuka harus
memperhatikan pula keadaan, kemampuan, adat dan harapan masyarakat, termasuk
orang tua anggota Pramuka, sehingga Gerakan Pramuka terutama pada satuan-satuannya
dapat menyiapkan tenaga Pramuka sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua
anggotanya dan masyarakat di lingkungannya.
Kelompok umur dan tingkatan
Kelompok umur
Kelompok
umur adalah
sebuah tingkatan dalam kepramukaan yang ditentukan oleh umur anggotanya.
Kelompok
dibagi menjadi 4 :
- Kelompok umur 7-10 tahun disebut dengan Pramuka Siaga
- Kelompok umur 11-15 tahun disebut dengan Pramuka Penggalang
- Kelompok umur 16-20 tahun disebut dengan Pramuka Penegak
- Kelompok umur 21 – 25 tahun disebut dengan Pramuka Pandega
Ada juga
Kelompok Khusus, yaitu Kelompok yang ditujukan untuk orang yang memiliki
kedudukan dalam kepramukaan. Misalnya Pramuka Pembina, adalah sebutan
untuk orang dewasa yang memimpin Pramuka. Dan Pramuka Andalan, adalah
anggota Pramuka yang mengambil bagian dalam keanggotaan Kwartir dalam Pramuka.
Contoh lainnya adalah Pelatih, Pamong Saka, Staff Kwartir
dan Majelis Pembimbing.
Tingkatan
Tingkatan
dalam kepramukaan adalah sebuah tingkatan yang ditentukan oleh kemampuan
anggotanya, kemampuan itu disebut dengan Syarat-syarat Kecakapan Umum
atau SKU. Untuk Pramuka siaga dan penggalang, masing-masing Kelompok umur
memiliki tiga Tingkatan. Untuk Penegak memiliki dua tingkatan. Sedangkan
Pramuka Pandega hanya satu tingkatan.
- Tingkatan Pramuka Siaga : Siaga Mula, Siaga Bantu, Siaga Tata.
- Tingkatan Pramuka Penggalang : Penggalang Ramu, Penggalang Rakit, Penggalang Terap
- Tingkatan Pramuka Penegak : Penegak Bantara, Penegak Laksana
Ada juga
sebuah tingkatan khusus yang disebut dengan Pramuka Garuda, yaitu tingkatan
tertinggi dalam setiap kelompok umur dalam kepramukaan.
Prinsip
Dasar dan Metode Kepramukaan
Prinsip
Dasar dan Metode Kepramukaan merupakan prinsip yang digunakan dalam pendidikan
kepramukaan, yang membedakannya dengan gerakan pendidikan lainnya.
Baden-Powell
sebagai penemu sistem pendidikan kepanduan telah menyusun prinsip-prinsip Dasar
dan Metode Kepanduan, lalu menggunakannya untuk membina generasi muda melalui
pendidikan kepanduan. Beberapa prinsip itu didasarkan pada kegiatan anak atau
remaja sehari-hari. Prinsip Dasar dan Metode Kepanduan itu harus diterapkan
secara menyeluruh. Bila sebagian dari prinsip itu dihilangkan, maka organisasi
itu bukan lagi gerakan pendidikan kepanduan.
Dalam Anggaran
dasar Gerakan Pramuka dinyatakan bahwa Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan
bertumpu pada:
- Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- Kepedulian terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
- Kepedulian terhadap diri pribadinya;
- Ketaatan kepada Kode Kehormatan Pramuka.
Prinsip dasar
Prinsip
Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka,
ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk
diri pribadinya dengan dibantu oleh pembina, sehingga pelaksanaan dan
pengamalannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian,
tanggung jawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat.
Metode
Metode
Kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui :
- Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
- Belajar sambil melakukan;
- Sistem berkelompok;
- Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan
Perkembangan
rohani dan jasmani pesertadidik;
- Kegiatan di alam terbuka;
- Sistem tanda kecakapan;
- Sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri;
- Sistem among.
Metode
Kepramukaan pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar
Kepramukaan. Keterkaitan itu terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan. Metode
Kepramukaan juga digunakan sebagai sebagai suatu sistem yang terdiri atas
unsur-unsur yang merupakan subsistem terpadu dan terkait, yang tiap unsurnya
mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta menunjang
tercapainya tujuan.
Kode
Kehormatan
Kode
Kehormatan Pramuka yang terdiri atas Janji yang disebut Satya dan Ketentuan Moral
yang disebut Darma merupakan satu unsur dari Metode Kepramukaan dan alat
pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan.
Satya
Satya adalah
:
- Janji yang diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota Gerakan Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan;
- Tindakan pribadi untuk mengikat diri secara sukarela menerapkan dan mengamalkan janji;
- Titik tolak memasuki proses pendidikan sendiri guna mengembangkan visi, intelektualitas, emosi, sosial dan spiritual, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat lingkungannya.
Satya dibagi
menjadi dua, sesuai dengan kelompok umur peserta didik, yaitu Dwisatya
dan Trisatya”
Dwisatya
Dwisatya
adalah satya yang digunakan khusus untuk Pramuka Siaga. selengkapnya berbunyi
sebagai berikut :
Trisatya
Dwisatya
Pramuka Siaga
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
- menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengikuti tatakrama keluarga.
- setiap hari berbuat kebajikan.
Trisatya
merupakan janji dan tiga kode moral yang digunakan dalam Gerakan Pramuka.
Disebut trisatya karena mengandung tiga butir utama yang menjadi panutan setiap
Pramuka.
Setiap kali
Pramuka akan dilantik menuju tingkatan yang lebih tinggi atau dilantik untuk
acara lainnya, diwajibkan melaksanakan upacara ucap ulang janji yang berupa
pembacaan trisatya di depan sang saka merah putih. Kode Moral Trisatya
digunakan oleh pramuka golongan penggalang, penegak dan pandega.
Trisatya
dibagi dua, Trisatya untuk Penggalang dan Trisatya untuk Penegak, Pandega, dan
anggota dewasa.
- Trisatya untuk penggalang selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
Trisatya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
- menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila.
- menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat
- menepati Dasadharma
- Trisatya untuk Penegak, Pandega, dan anggota dewasa selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
Trisatya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
- menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila.
- menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
- menepati Dasadarma.
Dharma
Dharma
adalah :
- Alat proses pendidikan sendiri yang progresif untuk mengembangkan budi pekerti luhur.
- Upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong pesertadidik menemukan, menghayati, mematuhi sistem nilai yang dimiliki masyarakat dimana ia hidup dan menjadi anggota.
- Landasan gerak Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan pendidikan melalui kepramukaan yang kegiatannya mendorong Pramuka manunggal dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong;
- Kode Etik Organisasi dan satuan Pramuka, dengan landasan Ketentuan Moral disusun dan ditetapkan bersama aturan yang mengatur hak dan kewajiban anggota, pembagian tanggungjawab dan penentuan putusan.
Dharma
dibagi menjadi dua, sesuai dengan kelompok umur peserta didik, yaitu Dwidharma
dan Dasadharma”
Dwidharma
Dwidarma
selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
Dwidarma
Pramuka Siaga
- Siaga berbakti kepada ayah bundanya.
- Siaga berani dan tidak putus asa.
Dasadharma
Dasadarma
selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
Dasadharma
Pramuka itu:
- Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
- Patriot yang sopan dan kesatria.
- Patuh dan suka bermusyawarah.
- Rela menolong dan tabah.
- Rajin, terampil, dan gembira.
- Hemat, cermat, dan bersahaja.
- Disiplin, berani, dan setia.
- Bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
- 10.Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
Kegiatan
Kegiatan
pembinaan peserta didik dalam Gerakan Pramuka harus menggunakan semua Prinsip
Dasar dan Metode Kepramukaan tersebut.
Pelaksanaan
penggunaannya harus disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan
bangsa dan masyarakat Indonesia agar dapat dijamin bahwa pendidikan itu akan
menghasilkan manusia, warga negara dan anggota masyarakat yang sesuai dan
memenuhi keadaan dan kebutuhan bangsa dan masyarakat Indonesia.
Usaha
Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuannya itu harus mengarah pada pengembangan
dan pembinaan watak, mental, jasmani dan rohani, bakat, pengetahuan, pengalaman
dan kecakapan pramuka, melalui kegiatan yang dilakukan dengan praktek secara
praktis, dengan menggunakan Sistem Among dan Prinsip Dasar dan Metode
Kepramukaan.
Tanda Pengenal
Macam-macam
Tanda Pengenal
Tanda Umum
Dipakai
secara umum oleh semua anggota Gerakan Pramuka yang sudah dilantik, baik putra
maupun putri.
Macamnya: –
Tanda tutup kepala, – setangan / pita leher, – tanda pelantikan, – tanda harian,
– tanda WOSM.
Tanda Satuan
Menunjukkan
Satuan / Kwartir tertentu, tempat seorang anggota Gerakan Pramuka bergabung.
Macamnya: –
Tanda barung / regu / sangga, – gugus depan, – kwartir, – Mabi, – krida, –
saka, – Lencana daerah, – satuan dan lain-lain.
Tanda Jabatan
Menunjukkan
jabatan dan tanggungjawab seorang anggota Gerakan Pramuka dalam lingkungan
organisasi Gerakan Pramuka.
Macamnya: –
Tanda pemimpin / wakil pemimpin barung / regu / sangga, – sulung, pratama,
pradana, – pemimpin / wakil krida / saka, – Dewan Kerja, Pembina, Pembantu
Pembina, Pelatih, Andalan, Pembimbing, Pamong Saka, Dewan Saka dan lain-lain.
Tanda Kecakapan
Menunjukkan
kecakapan, ketrampilan, ketangkasan, kemampuan, sikap, tingkat usaha seorang
Pramuka dalam bidang tertentu, sesuai golongan usianya.
Macamnya: –
Tanda kecakapan umum / khusus, – pramuka garuda dan tanda keahlian lain bagi
orang dewasa.
Tanda Kehormatan
Menunjukkan
jasa atau penghargaan yang diberikan kepada seseorang atas jasa, darma baktinya
dan lain-lain yang cukup bermutu dan bermanfaat bagi Gerakan Pramuka,
kepramukaan, masyarakat, bangsa, negara dan umat manusia.
Macamnya: –
Peserta didik: Tiska, tigor, bintang tahunan, bintang wiratama, bintang
teladan. – Orang dewasa: Pancawarsa, Darma Bakti, Wiratama, Melati, Tunas
Kencana.
Tanda Jasa
Sistem Among
Sistem among
adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan
kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa dengan
sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah, keharusan, paksaan, sepanjang
tidak merugikan, baik bagi diri peserta didik maupun bagi masyarakat
sekitarnya, dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri
sendiri, kreativitas dan oto-aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.
Sistem Tanda Kecakapan
Tanda
kecakapan adalah salah satu alat bagi Gerakan Pramuka untuk mewujudkan tujuan
yang ingin dicapai oleh Gerakan Pramuka.
Sistem tanda
kecakapan merupakan suatu cara yang ditata dan suatu cara menggunakan
tanda-tanda untuk menandai dan mengakui kecakapan-kecakapan, baik yang bersifat
teknis (praktis) maupun yang bersifat mental/spirituil, yang dimiliki oleh
anggota yang memakai tanda-tanda itu.
- Tanda Kecakapan Umum.
- Tanda Kecakapan Khusus.
LAMBANG GERAKAN PRAMUKA
Lambang
Gerakan adalahtanda pengenal tetap yang mengkiaskan cita-cita setiap anggota
Bentuk
Gerakan
Pramuka Lambang Gerakan Pramuka berbentuk / berupa Silluete Tunas Kelapa.
(lihat gambar di samping) Penjabaran tentang Lambang ini ditetapkan dalam SK
Kwarnas Nomer 06/KN/72 tentang Lambang Gerakan Pramuka.
Arti kiasan
Lambang
Gerakan Pramuka mengandung arti kiasan sebagai berikut:
- Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal. Ini mengandung arti Pramuka adalah inti bagi kelangsungan hidup bangsa (tunas penerus bangsa).
- Buah nyiur tahan lama. Ini mengandung arti, Pramuka adalah orang yang jasmani dan rohaninya kuat dan ulet.
- Nyiur dapat tumbuh dimana saja. Ini mengandung arti, Pramuka adalah orang yang mampu beradaptasi dalam kondisi apapun
- Nyiur tumbuh menjulang tinggi. Ini mengandung arti, setiap Pramuka memiliki cita-cita yang tinggi.
- Akar nyiur kuat. Mengandung arti, Pramuka berpegang pada dasar-dasar yang kuat.
- Nyiur pohon yang serbaguna. Ini mengandung arti, Pramuka berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
- Lambang keris melambangkan senjata tradisional Jawa Tengah
- Lambang 10 api yang berkobar melambangkan dasadarma
- Padi dan kapas melambangkan kesuburan dibidang pangan dan sandang
- Kode daerah melambangkan daerah kota daerah
- Nama kabupaten melambangkan kota cabang
- Bintang melambangakan 5 sila pancasila
Penggunaan
- Lambang Gerakan Pramuka dapat dipergunakan pada Panji, Bendera, Papan Nama Kwartir / Satuan, Tanda Pengenal dan alat administrasi Gerakan Pramuka
- Penggunaan lambang tersebut dimaksudkan sebagai alat pendidikan untuk mengingatkan dan menanamkan sifat dan keadaan seperti yang termaktub dalam arti kiasan lambang Tunas Kelapa itu pada setiap anggota Gerakan Pramuka.
- Setiap anggota Gerakan Pramuka diharapkan mampu mengamalkan dan mempraktekkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya kepada masyarakat di sekelilingnya. Sebab generasi muda yang tergabung dalam Gerakan Pramuka diharapkan kelak mampu menjadi kader pembangunan yang berjiwa Pancasila
Gerakan
Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata “Pramuka” merupakan
singkatan dari praja muda karana, yang memiliki arti rakyat muda yang
suka berkarya.
“Pramuka”
merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga,
Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang
lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan, Pelatih, Pamong Saka, Staf Kwartir dan
Majelis Pembimbing.
Sedangkan
yang dimaksud “kepramukaan” adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah
dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip
Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak,
akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan
yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan
bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar